Secara administratif, Pantai Timang dan Pantai Ngetun terletak di Desa Purwodadi, salah satu desa yang berada di Kecamatan Tepus. Kecamatan Tepus sendiri merupakan salah satu kecamatan dari 18 kecamatan di Gunungkidul. Letaknya kurang lebih 22 km dari Kota Wonosari, ibukota Kabupaten Gunungkidul. Di sebelah barat berbatasan eksklusif dengan Kecamatan Tanjungsari, di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Girisubo, di sebelah utara berbatasan eksklusif dengan Kecamatan Wonosari, sedangkan di sebelah selatan berbatasan eksklusif dengan Samudera India. Dengan luas keseluruhan 104,91 km2, Kecamatan Tepus terdiri dari lima desa, yakni Sidoharjo, Tepus, Purwodadi, Giripanggung dan Sumberwungu.
Desa Purwodadi merupakan desa yang terletak paling timur sekaligus merupakan desa yang jaraknya paling jauh dari ibukota kecamatan. Secara geografis, Desa Purwodadi merupakan kawasan pantai dengan kondisi topografi yang berbukit-bukit. Oleh alasannya ialah itu, di Desa Purwodadi terdapat beberapa obyek wisata pantai, ibarat Siung, Njogan, Timang dan Ngetun.
Meskipun merupakan kawasan pantai, namun sebagian besar penduduk Desa Purwodadi menggantungkan hidupnya dari pertanian. Komoditas pertanian desa ini ialah ketela pohon/singkong, padi ladang/padi gogo serta jagung dan kacang tanah. Singkong merupakan komoditas utama dalam aktifitas pertanian masyarakat. Masa tanam singkong biasanya mencapai 5-8 bulan. Setelah panen, singkong tersebut akan dikupas dan dikeringkan untuk dibentuk menjadi gaplek. Gaplek tersebut sebagian diolah menjadi tiwul untuk dijadikan makanan pengganti nasi. Selebihnya gaplek tersebut akan dijual kepada tengkulak atau pedagang besar yang ada di pasar. Tiap kilo gaplek biasanya dihargai 500 hingga 1.500 rupiah. 🙁 *sungguh tidak sebanding dengan kerja keras yang dilakukan masyarakat.
Seperti umumnya kawasan yang berada di pegunungan karst, Desa Purwodadi juga merupakan desa yang mengalami kesulitan air. Guna memenuhi kebutuhan air untuk aktifitas sehari-hari serta pengairan, warga masih mengandalkan sistem tadah hujan. Saat kemarau datang dan persediaan air di kolam penampungan mulai menipis, warga pun membeli air yang diambil dari sumber mata air terdekat. Harga air yang harus dibeli warga tersebut berkisar 60.000 hingga 100.000 rupiah tiap 5000 liter. Harga air tersebut tergantung dari jauh/dekat jarak rumah pembeli dengan sumber mata air.
Kondisi tersebut terang kurang menguntungkan bagi masyarakat. Meskipun kanal jalan menuju Desa Purwodadi sudah sangat baik, namun banyak sekali duduk kasus sosial masih menjadi PR bagi pemerintah. Minimnya akomodasi pendidikan serta kemiskinan yang menimpa sebagian besar masyarakat menciptakan masalah putus sekolah di desa ini tinggi. Banyak anak muda yang menentukan merantau ke kota selepas menamatkan pendidikan dasar mereka, meskipun hanya menjadi buruh serabutan atau pekerja rumah tangga. Selain itu, masalah janji nikah dini juga menjadi duduk kasus sosial di desa ini. Pernikahan usia dini ini merupakan pengaruh dari rendahnya pendidikan yang lalu akan berdampak pada kesehatan masyarakat itu sendiri.