
Sleman – Kabur sejenak dari hiruk pikuk kota, traveler sanggup main ke desa wisata di Sleman. Suasananya asri dengan pemandangan indah di sekitar lereng Gunung Merapi.
Desa wisata di Kabupaten Sleman, Daerah spesial Yogyakarta (DIY) terus tumbuh dan berkembang. Salah satunya Desa Wisata (Dewi) Pulesari yang berada di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi.
Berjarak sekitar 12 kilometer dari puncak Merapi, hawa sejuk dan hening menyelimuti Dewi Pulesari. Suasana juga masih tampak asri alasannya ialah di kanan kiri jalan utama dan tiap pekarangan rumah warga tumbuh subur pohon salak. Di sisi timur dan barat permukiman juga melintas pemikiran Sungai Bedog. Airnya sangat jernih alasannya ialah bersumber dari mata air tak jauh dari lokasi Dewi Pulesari.
![]() |
Tonton juga video: ‘Menyusuri Lereng Gunung Merapi’
Awal mula berdirinya Dewi Pulesari pada 2012, warga setempat membentuk desa wisata sehabis sempat terpuruk ekonominya jawaban erupsi Merapi 2010. Sepulang dari pengungsian, warga dengan pendampingan dari pemerintah mencoba mengoptimalkan potensi yang ada di wilayah setempat.
Akhirnya disepakati membentuk desa wisata dengan berbekal keanekaragaman alam lereng Merapi. Ketua Pokdarwis Dewi Pulesari, Sarjana, mengungkapkan jumlah pengunjung dari tahun ke tahun terus meningkat.
“Kunjungan tidak terprediksi, dua bulan pertama 6 ribu orang, tahun kedua 12 ribu, ketiga 21 ribu, dan tahun kemudian 65 ribu,” jelasnya kepada detikTravel di Dewi Pulesari, Minggu (1/7/2018).
Pengunjung sanggup menikmati wisata agro kebun salak, jelajah alam, konservasi alam, atraksi kesenian tradisional, sampai outbound. Buat pengunjung yang ingin menginap juga telah disediakan sekitar 50 homestay di rumah warga.
![]() |
Selain itu juga ada Pasar Kebon. Di sana pengunjung diajari membatik, merajut tas, dan ada pusat jual batik khas Sleman, aneka olahan dari buah salak, serta kerajinan tangan lainnya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Valerina Daniel ketika berkunjung ke Dewi Pulesari menyampaikan pariwisata berkelanjutan tidak hanya sekadar berkunjung, tapi tiba dan ikut menjaga lingkungan dan budaya yang pada alhasil memberi dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.
“Saya bahagia sanggup memadukan dua hal yang aku gemari, pariwisata dan lingkungan,” ujar Valerina.
Menurut None Jakarta 1999 itu, pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) memang merupakan konsep pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan untuk ketika ini dan masa depan.
![]() |
Dalam tugasnya, Valerina membantu penyebaran pemahaman dan penerapan pariwisata berkelanjutan di tanah air. Karena pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan sanggup memperlihatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, melestarikan budaya dan lingkungan setempat.
“Wisatawan zaman now diperlukan tidak hanya sekadar berkunjung ke destinasi, tapi juga terlibat menjaganya. Travel, enjoy, respect,” harapnya.
Selain itu, pengelola destinasi pariwisata juga diperlukan berbenah diri semoga Indonesia yang kaya keindahan alam dan keanekaragaman budayanya sanggup dikenal masyarakat dunia sebagai tujuan pariwisata berkelanjutan.
“Pengelolaan sampah, konservasi air dan pemanfaatan energi terbarukan penting dipahami masyarakat, sehingga gambaran Indonesia yang lestari sanggup terwujud,” imbuh penulis buku seri anak ‘4 Sahabat Super’ ini.
Terakhir Valerina memberikan selain unsur 3P yaitu people, planet, prosperity, ada satu lagi yang utama dalam pariwisata berkelanjutan yaitu partnership atau kerja sama. “Seikat sapu lidi akan lebih berpengaruh dari sebatang lidi. Kerja sama yang baik antar pemerintah dan masyarakat pastilah sanggup memperkuat pariwisata berkelanjutan Indonesia,” imbuhnya.
Sumber detik.com